Skip to main content

Ketika Ibadah Menjadi Tanya

Apa sebenarnya esensi dari beribadah?

Pertanyaan itu muncul bukan karena ingin membantah, tapi karena ingin memahami. Kadang, saat aku shalat, bibirku bergerak membaca bacaan, tapi pikiranku melayang ke hal lain. Aku tahu shalat adalah kewajiban, tapi kadang rasanya hanya seperti formalitas — “yang penting aku sudah shalat.” Apakah boleh seperti itu?

Aku pernah merasakan keinginan yang sangat kuat untuk lebih dekat dengan Tuhan. Di saat-saat tertentu, aku benar-benar meresapi setiap bacaan shalat, meski tidak tahu arti per katanya. Bacaan itu dalam bahasa Arab, tapi entah bagaimana, aku merasa tenang. Ada rasa damai yang menyelimuti, selama dan setelah shalat.

Namun rasa itu tidak bertahan lama.

Rantai itu terputus saat memasuki masa istirahat dari ibadah — masa di mana tubuhku tidak diizinkan untuk shalat. Setelah itu, aku ingin sekali mengembalikan rasa tenang dan kedekatan itu. Tapi rasanya selalu teralihkan oleh hal-hal lain yang terjadi. Seperti ada jarak yang sulit dijangkau kembali.

Lalu aku bertanya lagi:
Apa boleh kalau ibadah terasa seperti formalitas?
Apa boleh kalau pikiran tidak sepenuhnya hadir?
Apa cuma saya yang merasa hampa setelah shalat?

Setelah shalat, rasanya hampa. Seperti hanya melakukan gerakan, tanpa adanya komunikasi yang nyata dengan Tuhan.
Apakah memang begini rasanya saat iman sedang redup?
Apakah ibadah bisa tetap berarti meski hati belum sepenuhnya hadir?

Apakah kerinduan itu akan kembali, atau hanya sesekali datang lalu pergi?

Comments

Popular posts from this blog

Mt. Bokong (Batu City, East Java)

October 10th One of my colleagues told me about her plan to hike Mount Bokong in Batu, East Java. Hearing that instantly sparked my curiosity, and I started asking her a few questions. Maybe she noticed how interested I was, because she ended up inviting me to join the trip. Honestly, I’ve always wanted to try hiking again. I once climbed Budug Asu near Lawang—if I’m not mistaken—and it left quite an impression on me. So, without thinking too much, I said yes to her invitation. But then she mentioned she’d be going with her boyfriend. That made me hesitate. I’d be going alone, and I didn’t want to intrude on their time together, haha. She added that a few others would be joining too—her boyfriend’s friend, the friend’s wife, and the friend’s mother. So, there would be five people in total. That made me pause again. I didn’t know any of them, and I was worried I’d be disrupting their plans. But my colleague had already asked her boyfriend if it was okay for me to come along, and he...

About Me

Hi, I’m Shaqin. I enjoy quiet things—like taking photos, writing, and making small handmade crafts.  I also work with maps, water modeling, and field surveys. My job is technical, but I like to make it clear and kind for others. I believe in fair work, slow creativity, and learning step by step. This blog is my calm space to share stories, small moments, and things I make with care.  Sometimes it’s a donut. Sometimes it’s a diagram. Sometimes it’s just a quiet thought from the day. my painting :P

Wlingi (Blitar) Part 2: A quiet arrival and a donut reunion

It’s a rainy and gloomy day, but I’m back with part 2 of my Wlingi adventure. A little drizzle never stopped a good story.