Apa sebenarnya esensi dari beribadah?
Pertanyaan itu muncul bukan karena ingin membantah, tapi karena ingin memahami. Kadang, saat aku shalat, bibirku bergerak membaca bacaan, tapi pikiranku melayang ke hal lain. Aku tahu shalat adalah kewajiban, tapi kadang rasanya hanya seperti formalitas — “yang penting aku sudah shalat.” Apakah boleh seperti itu?
Aku pernah merasakan keinginan yang sangat kuat untuk lebih dekat dengan Tuhan. Di saat-saat tertentu, aku benar-benar meresapi setiap bacaan shalat, meski tidak tahu arti per katanya. Bacaan itu dalam bahasa Arab, tapi entah bagaimana, aku merasa tenang. Ada rasa damai yang menyelimuti, selama dan setelah shalat.
Namun rasa itu tidak bertahan lama.
Rantai itu terputus saat memasuki masa istirahat dari ibadah — masa di mana tubuhku tidak diizinkan untuk shalat. Setelah itu, aku ingin sekali mengembalikan rasa tenang dan kedekatan itu. Tapi rasanya selalu teralihkan oleh hal-hal lain yang terjadi. Seperti ada jarak yang sulit dijangkau kembali.
Apakah kerinduan itu akan kembali, atau hanya sesekali datang lalu pergi?
Comments
Post a Comment